Astana Giribangun
Rabu, 25 September 2013
0
komentar
Astana Giribangun adalah sebuah mausoleum bagi keluarga mantan presiden Indonesia ke-2, Suharto. Lokasinya berada di sebelah timur kota Surakarta, Indonesia, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sekitar 35 km dari Surakarta.
Bangunan
Makam ini dibangun di atas sebuah bukit, tepat di bawah Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.
Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan
Giribangun pada 666 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan
Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, MN II, dan MN III.
Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan;
untuk tetap menghormat para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegoro III.
Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan cungkup (bangunan makam):
cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan paling tinggi, di
bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang, dan paling bawah adalah cungkup
Argo Tuwuh.
Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan
berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang
berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam. Terdapat pula pintu di
bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.
Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah masjid,
rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah,
kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat
tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat
parkir khusus bagi mobil keluarga.
Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas. Di masa
Soeharto berkuasa, di areal ini terdapat puluhan kios pedagang yang
berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan.
Namun kini di tempat itu tidak diizinkan lagi menjadi tempat berjualan
dengan alasan keamanan dan ketenangan.
Argosari
Makam yang luas itu terdiri dari beberapa bagian. Di antaranya adalah
bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan
tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah
bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari
kayu berukir gaya Surakarta pula.
Di ruangan ini hanya direncanakan untuk lima makam. Saat ini paling
barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan
Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien
Soeharto. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat makam
Soeharto.
Masih di bagian Argosari, tepatnya di emperan cungkup seluas 243
meter persegi, terdapat tempat yang direncanakan untuk makam 12 badan.
Di beranda cungkup seluas 405 meter persegi terdapat areal untuk 48
badan. Yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah penasihat, pengurus
harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman
tersebut. Termasuk yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah pengusaha
Sukamdani Sahid Gitosardjono beserta istri.
Argokembang
Bagian yang berada di luar lokasi utama adalah Cungkup Argokembang
seluas 567 meter persegi. Tempat ini tersedia tempat bagi 116 badan.
Yang dapat dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus pleno dan seksi
Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang
dianggap berjasa kepada yayasan yang mengajukan permohonan untuk
dimakamkan di astana tersebut.
Argotuwuh
Paling luar adalah Cungkup Argotuwuh seluas 729 meter persegi. Tempat
ini tersedia tempat bagi 156 badan. Seperti halnya Cungkup Argo
Kembang, yang berhak dimakamkan di lokasi itu adalah para pengurus
Yayasan Mangadeg ataupun keluarga besar Mangkunegaran lainnya yang
mengajukan permohonan.
Biaya bagi pengunjung
Bagi pengunjung yang membawa kendaraan bermotor, dipungut retribusi
oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk pemeliharaan jalan menuju
Astana Giribangun. Pada tahun 2012, retribusi untuk minibus adalah
sebesar Rp 5.000. Di lokasi makam, pihak yayasan memungut biaya parkir, untuk minibus sebesar Rp 3.000.
Selain itu, terdapat beberapa pungutan tanpa tanda bukti yang
dilakukan oleh yayasan. Yayasan memungut "biaya administrasi" untuk
selembar surat ijin masuk makam dengan nilai seikhlasnya. Surat ijin itu
diminta kembali oleh yayasan ketika memasuki cungkup Argosari. Keluar
dari cungkup Argosari, pengunjung dipungut lagi "biaya kebersihan makam"
oleh yayasan, juga dengan nilai seikhlasnya. Yayasan juga menyediakan
jasa foto langsung jadi di dekat makam Pak Harto dengan pungutan sebesar Rp 20.000 per foto.
Sejarah
Astana Giri Bangun dibangun pada tahun 1974 oleh Yayasan Mangadeg Surakarta, dan diresmikan penggunaannya para tahun 1976.
Peresmian itu ditandai dengan pemindahan sisa jenazah Soemaharjomo
(ayah Tien Soharto) dan Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien),
yang keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo, salah satu makam
keluarga besar keturunan Mangkunegaran yang berada di Kota Solo.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Astana Giribangun
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://triko11.blogspot.com/2013/09/astana-giribangun.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar