Gua Selarong
Rabu, 25 September 2013
0
komentar
Gua Selarong adalah gua bermuatan sejarah yang berlokasi di di Dukuh Kembangputihan, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta. Gua yang terbentuk di perbukitan batu padas ini digunakan sebagai markas gerilya Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830) melawan tentara Hindia Belanda. Pangeran Diponegoro pindah ke gua ini setelah rumahnya di Tegalrejo diserang dan dibakar habis oleh Belanda.
Gua Selarong sekarang merupakan objek wisata dengan dilengkapi area bumi perkemahan. Objek ini berlokasi sekitar 14 km arah selatan Kota Yogyakarta, di puncak bukit yang ditumbuhi banyak pohon. Di sekitar Gua Selarong juga sedang dikaji pengembangan objek agrowisata dengan klengkeng sebagai daya tarik utama.
Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong
Pada tanggal 21 Juli 1825, pasukan Belanda pimpinan asisten Residen
Chevallier mengepung Dalem Pangeran Diponegoro di Tegalrejo untuk
menangkap Pangeran Diponegoro. Akan Tetapi Pangeran Diponegoro berhasil
meloloskan diri dan menuju ke Selarong. Di tempat tersebut secara
diam-diam telah dipersiapkan untuk dijadikan markas besar. Selarong
sendiri merupakan desa strategis yang terletak di kaki bukit kapur,
berjarak sekitar enam pal (sekitar 9 Km) dari kota Yogyakarta. Setelah
Peristiwa di Tegalrejo sampai ke Kraton, banyak kaum bangsawan yang
meninggalkan istana dan bergabung dengan Pangeran Diponegoro. Mereka
adalah anak cucu dari Sultan Hamengkubuwono I, II dan III yang berjumlah
tidak kurang dari 77 orang dan ditambah pengikutnya.
Dengan demikian pada akhir juli 1825. di Selarong telah berkumpul
bangsawan-bangsawan yang nantinya menjadi panglima dalam pasukan
Pangeran Diponegoron. Mereka adalah Pangeran Mangkubumi, Pangeran
Adinegoro, Pangeran Panular, Adiwinoto Suryodipuro, Blitar, Kyai Mojo,
Pangeran Ronggo, Ngabei Mangunharjo dan Pangeran Surenglogo.
Pangeran Diponegoro juga memerintahkan Joyomenggolo, Bahuyudo dan
Honggowikromo untuk memobilisasi pendulduk desa sekitar Selarong dan
bersiap melakukan perang. Di tempat ini juga disusun strategi dan
langkah-langkah untuk memastikan sasaran yang akan djserang. Pada
tanggal 31 Juli 1825 Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi menulis surat
kepada masyarakat Kedu agar bersiap melakukan perang. Dalam surat itu
beliau mengatakan bahwa sudah saatnya Kedu kembali ke wilayah Kasultanan
Yogyakarta setelah dirampas oleh Belanda.
Di Selarong dibentuk beberapa batalyon yang dipimpin oleh Ing Ngabei
Joyokusumo, Pangeran Prabu Wiromenggolo dan Sentot Prawirodirja dengan
pakaian dan atribut yang berbeda. Sepanjang bulan Juli 1825 hampir
seluruh pinggiran kota diduduki oleh pasukan Diponegoro. Markas besar
Pangeran Diponegoro di Selarong dipimpin oleh lima serangkai yang
terdiri dari Pangeran Diponegoro sebagai ketua markas, Pangeran
Mangkubumi merupakan anggota tertua sebagai penasehat dan pengurus rumah
tangga, Pangeran Angabei Jayakusuma sebagai panglima pengatur siasat
dan penasehat di medan perang Alibasah Sentot Prawirodirjo yang sejsk
kecil di didik di Istana dan setelah perang Diponegoro bergabung dengan
Pangeran Diponergoro dan Kyai Maja sebagau penasehat rohani pasukan
Pangeran Diponegoro.
Pada tanggal 7 Agustus 1825 Pasukan Diponegoro dengan kekuatan
sekitar 6.000 orang menyerbu Negara Yogyakarta dan berhasil
menguasainya. Meski demikian Pangeran Diponegoro tidak menduduki kota
Yogyakarta dan Sri Sultan HB V berhasil diselamatkan dan diamankan di
Benteng Vredeburg dengan pengawalan ketat dari Kraton.
Peristiwa 21 Juli 1825 di Yogyakarta sampai kepada Komisaris Jenderal
van Der Capellen pada tanggal 24 Juli 1825. Selanjutnya diputuskan
untuk mengangkat Lentan Jenderal H.M. De Kock sebagai komisaris
pemerintah untuk Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang
diberikan hak istimewa di bidang militer maupun sipil.
Berbagai upaya dilakukan oleh Jenderal De Kock antara lainmenulis
surat kepada P. Diponegoro yang isinya mengajak P.Diponegoro untuk
berdamai. Tetapi ajakan berunding tersebut ditolak secara tegas oleh
Pangeran Diponegoro. Dengan penolakan tersebut maka Jenderal De Kock
memerintahkan untuk menyerbu Selarong. Akan tetapi ketika pasukan
Belanda tiba di Selarong, desa itu sepi karena pasukan Pangeran
Diponegoro sudah berpencar di berbagai arah. Menurut babad, selanjutnya
Pangeran Diponegoro mendirikan markas di Dekso yang berlangsung kurang
lebih 10 bulan dari tanggal 4 November 1825 sampai dengan 4 Agustus
1826.
Selama bermarkas di Selarong pasukan Belanda telah melakukan
penyerangan tiga kali Serangan pertama pada tanggal 25 Juli 1825 yang
dipimpin oleh Kapten Bouwes. Serangan ini merupakan aksi perlawanan
Pangeran Diponegoro di Logorok dekat Pisangan Yogyakarta, yang
mengakibatkan 215 pasukan Belanda menyerah. Serangan kedua pada bulan
September di bawah pimpinan Mayor Sellwinj dan Letnan Kolonel Achenbac
dan serangan ketiga tanggal 4 November 1825. Setiap pasukan Belanda
menyerang Selarong maka Pasukan Pangeran Diponegoro menghilang di
goa-goa sekitar Selarong.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Gua Selarong
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://triko11.blogspot.com/2013/09/gua-selarong.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar